Sedekah di bulan suci ramadhan
Opini  

Saatnya Berkontribusi untuk Negara

banner 120x600
Sedekah di bulan suci ramadhan

Penulis: Ra. Azis Ashari, M.H.I (Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pamekasan dan Dosen IAI Al-Khairat Pamekasan)

Setiap manusia yang lahir ke bumi telah dibekali kemampuan oleh penciptanya yaitu Allah Swt. entah ia lahir secara sempurna atau tidak sempurna [difabel], ia memiliki kemampuan bawaan yang disematkan oleh Allah Swt.

Hanya saja di antara manusia itu ada yang secara sadar menggunakan kemampuan itu dan bahkan ada yang mengembangkannya dan ada yang tidak sadar bahkan ‘menelantarkan’ kemampuan itu. Allah Swt berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ۝٤

Artinya: sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Qs. At-Tin : 4).

Ayat ini memiliki makna yang sangat luas, tidak hanya wajah dan fisik tetapi juga kemampuan-kemampuan, yang ketika kemampuan itu diproduktifkan untuk hal-hal baik dan positif, maka akan menjadi amal shalih. Ketika dialokasikan kepada hal-hal negatif maka akan menjadi amal buruk dan menyebabkan tergelincir ke neraka, sebagaimana dijelaskan dalam ayat selanjutnya surah at-Tin ayat 5.

إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Qs. Ar-Ra’d: 11)

Allah Swt telah memberikan hak kepada kita untuk berusaha maksimal melakukan perbuatan-perbuatan yang memberikan dampak kebaikan kepada kita, baik dampak kebaikan dunia maupun akhirat dengan merujuk kepada petunjuk-petunjuk aturan agama [syariat].

Namun, ketika manusia itu asal berbuat dan tidak sesuai dengan petunjuk syariat bisa jadi akan menjadi jalan kebangkrutannya di dunia dan akhirat.

Sebagai seorang Muslim kita juga diarahkan oleh ajaran agama agar ketika kita berbuat tidak hanya untuk keuntungan dan pemuasan terhadap diri pribadi saja, tetapi sebaik-baik dari pribadi-pribadi muslim itu adalah juga berkontribusi kepada kalangan yang lebih luas.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’, No. 3289).

Hadits ini bermakna ketika kita berkontribusi memberikan kebaikan bagi orang lain termasuk bagi bangsa dan negara maka ia terdaftar sebagai sebaik-baik manusia. kebaikan dalam bentuk apa? ya, tentu dalam bentuk apa saja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Bagi mereka yang diberi kekayaan, maka dapat bermanfaat/berkontribusi dengan hartanya. Jika memiliki pangkat dan jabatan, ilmu pengetahuan, serta kemampuan-kemampuan lainnya, maka ia dapat berkontribusi dengan itu.

Setiap kontribusi yang diberikan akan membuka jalan kebaikan dan keberuntungan baginya baik dalam kehidupan dunia dan akhirat.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمْ وَحُسْنُ مَـَٔابٍ

Artinya: Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. (Qs. Ar-Ra’d: 29)

Oleh karenanya, marilah kita bermanfaat dengan berkontribusi untuk menolong agama Allah, memajukan bangsa dan negara. Ketika kontribusi kita dapat dirasakan oleh khalayak bahkan berkelindan dari generasi ke generasi berikutnya maka itu akan menjadi amal jariyah (amal kebajikan yang tidak terputus pahalanya).

Sebaliknya ketika melakukan suatu keburukan dan menfasilitasi yang lainnya untuk melakukan keburukan maka akan menjadi jalan kebinasaannya.Marilah berkontribusi untuk negeri, untuk kebaikan kita baik dalam negeri ini (dunia) maupun negeri akhirat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *