Sedekah di bulan suci ramadhan

Di Tahun Politik 2024, Muhammadiyah-NU Harus Jadi Penyelamat Bangsa

banner 120x600
Sedekah di bulan suci ramadhan

Oleh: Kiai Azis Ashari, M.H.I*

Kemerdekaan bangsa Indonesia tidak lepas dari peran tokoh-tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), bahkan mereka menjadi pioner, pendorong sekaligus penggerak kemerdekaan ini.

Tokoh Muhammadiyah yang terlibat proses kemerdekaan ini diantaranya adalah Kiai Ahmad Dahlan. Beliau adalah pendiri Muhammadiyah. Berkat usahanya mendirikan Muhammadiyah lahirlah tokoh-tokoh yang nantinya berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan bangsa seperti Soekarno, Jedndral Soedirman, H. Agus Salim, Djuanda Kartawijdaja, Abdul Kahar Mudzakkir dan lainnya.

Selain itu ada juga tokoh-tokoh Muhammadiyah yang ikut mempertahankan dan membangun bangsa Indonesia setelah Indonesia merdeka melalui peran-peran penting mereka, diantaranya adalah Adam Malik, Nani Wartabone, Andi Sulthan Daeng Radja, Teuku H. Moehammad Hasan, Lafran Pane, Abdurrahman Baswedan, dan Abdul Kahar Mudzakkir, Fatmawati, Buya Hamka, Fakhruddin, dan sebagainya.

NU melalui tokoh-tokohnya juga memiliki peran besar dalam proses kemerdekaan bangsa Indonesia, sebut diantaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari. Mbah Hasyim sapaat akrab KH. Hasyim Asy’ari adalah kakek dari Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dan juga besan dari salah satu muassis NU lainnya, KH Bisri Syansuri di Pondok Pesantren Denanyar, Jombang.

Pada tahun 1926 KH. Hasyim Asy’ari mendirikan organisasi keislaman Nahdlatul Ulama (NU) setelah sebelumnya mendirikan pondok pesantren tebu ireng, Jombang. Pesantren ini kemudian menjadi cikal bakal banyak pesantren di Jawa dan Sumatera.

Dalam proses kemerdekaan bangsa, ia bersama tokoh pendiri bangsa lainnya ikut berperan besar memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Bahkan puncaknya beliau mengeluarkan fatwa jihad yang hingga saat ini dikenal dengan resolusi jihad yang diantara fatwanya adalah membela negara dan melawan penjajah adalah kewajiban bagi setiap Muslim dewasa yang berada dalam radius 88 kilometer. Dalam konteks ini KH. Hasyim Asy’ari mengisyaratkan perjuangan melawan penjajah dianggap sama pentingnya dengan jihad fi sabilillah, dan mereka yang gugur dalam perjuangan tersebut dihormati sebagai syuhada (martir).

Tokoh lainnya yang ikut memerdekakan, mepertahankan kemerdekaan dan ikut membangun bangsa adalah KH Zainul Arifin, KH Abdul Wahid Hasyim, KH Zainal Musthafa, KH Idham Chalid, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH As’ad Syamsul Arifin, KH Syam’un, KH Masykur, H Andi Mappanyukki, H Andi Djemma (Suku Luwu), Usmar Ismail dan sebagainya.

Penjelasan singkat di atas menggambarkan bahwa dalam perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia ini Muhammadiyah dan NU melalui tokoh-tokohnya telah secara ikhlas mewakafkan pikirannya, tenaganya, hartanya dan ilmunya untuk memerdekakan bangsa. Para tokoh kedua ormas ini bersama membangun bangsa ini sesuai dengan perannya masing-masing sehingga sampai hari ini kita masih bisa menikmati dan merasakan ’keringat’ perjuangan mereka.

Menjaga Warisan Leluhur

Leluhur (maksudnya para pendahulu) Muhammadiyah dan NU telah mewariskan bangsa Indonesia kepada kita untuk dilanjutkan kemanfaatannya yaitu agar Indonesia ini menjadi wadah memberdayakan bangsa sebagaimana termaktub dalam pancasila.

Tentu wujudnya adalah; kita para pelanjut mereka menjadi yang terdepan didalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, menjadi yang terdepan didalam mewujudkan keamanan dan kedamaian. Melalui peran-peran yang diamanahkan kepada kita, mari bersama kita membangun bangsa, memakmurkan dan memajukannya.

Ikhtiar di Tahun Politik

Tahun 2024 adalah tahun politik, dimana berbagai kepentingan akan muncul dan bahkan dapat menghadirkan keterbelahan. Dua pejuang akan muncul, yaitu pejuang idealisme dan pejuang pragmatisme.

Para pendahulu Muhammadiyah dan NU memilih idealisme sebagai jalan hidup perjuangan mereka, sehingga ’amal shalihnya’ dapat kita rasakan. Mereka tidak hanya meninggalkan jejak tetapi lebih dari itu mereka meninggalkan wadah bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Para pendahulu berharap agar Indonesia menjadi jalan bagi bangsa sehingga bertuhan kepada yang maha esa, memberi rasa keadilan bagi segenap komponen bangsa, terwujudnya persatuan, hadirnya kepemimpinan yang demokratis, terciptanya keadilan sosial bagi rakyat bangsa Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.

Dalam rangka melanjutkan perjuangan mereka sehingga kita memiliki ikatan yang erat dengan mereka terutama dalam amal shalih, maka pertama, kita sebagai generasi Muhammadiyah dan NU perlu melanjutkan perjuangan mereka sesuai dengan kondisi kekinian. Bahwa para pendahulu telah menghabiskan waktunya, menyumbangkan pikiran dan tenaganya terhadap pembangunan bangsa. Maka harus ada azzam dalam hati kita bahwa kita termasuk orang akan melanjutkan ’kebaikan’ mereka.

Kedua, generasi Muhammadiyah-NU perlu memahami bahwa perjuangan mereka telah berbuah kemenangan yaitu berupa kemerdekaan. Selain itu mereka telah meninggalkan jejak ’kebijakan’ yang kebaikannya dapat dirasakan oleh masyarakat setelahnya bahkan kitapun merasakannya. Oleh karenanya, kita harus ada niat untuk melanjutkan perjuangan mereka serta membangun persepsi yang sama dengan mereka para pendahulu bangsa bahwa perjuangan yang kita lakukan saat ini karena sikap idealisme.

Kesimpulannya, mengapa ’amal’ (perjuangan) mereka berumur panjang bahkan hingga kini, tentu kesemua itu karena ada nilai yang dibangun diatas perjuangan itu, hemat penulis apa saja; pertama apa yang dilakukan oleh mereka adalah atas dasar ikhlas karena mencari ridho Allah SWT. Kedua, apa yang dilakukan oleh mereka semata-mata untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada bangsa sehingga bangsa ini menjadi bangsa bertakwa dan bermartabat.

Oleh karenanya, ketika kita ingin mendapatkan ’derajat’ yang sama dengan mereka, atau paling tidak, kita pantas disebut sebagai pewaris perjuangan mereka, maka kita niatkan; pertama apa yang kita kerjakan karena mengharap ridho Allah SWT. Kedua, kita harus memiliki sikap hidup bermanfaat untuk orang lain (memiliki social impact). Ketiga setiap setiap apa yang kita lakukan adalah untuk menyelamatkan bangsa dari keterbelakangan, dari kebodohan, dari keterpurukan menuju bangsa yang berkemajuan.

*)Ketua PD. Muhammadiyah Pamekasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *