Sedekah di bulan suci ramadhan

Petaka Jika Memilih Pemimpin Tak Sesuai Anjuran Allah

banner 120x600
Sedekah di bulan suci ramadhan

Oleh Masdawi Dahlan*

Dalam sebuah riwayat hadits Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda : Jika seorang memilih pemimpin bukan karena Allah, maka dia sama dengan mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan umat manusia secara umum. Dan pemimpin yang terpilih dengan cara yang tidak sejalan anjuran Allah, maka dia tidak akan mendapat bimbingan Allah dalam menjalankan tugasnya dan akan dibiarkan menjalankan tugas sesuai dengan hawa nafsunya.

Hadits diatas wajib dihayati oleh masyarakat Indonesia khususnya kaum muslim dalam menghadapi pemilihan presiden pada Februari tahun 2024 depan. Sabda Nabi Muhammad itu mengajarkan kepada kaum muslimin sebagai mayoritas di Indonesia untuk berhati hati dalam pemilihan presiden nanti. Jika memilih pemimpin tidak sesuai dengan anjuran Allah, maka akan mendapat murka Allah, sebab pemimpin yang terpilih tidak akan bekerja dengan baik, tidak dibimbing oleh Allah dan akan bekerja sesuai dengan hawa nafsunya.

Memilih pemimpin sesuai dengan anjuran Allah dalam konteks Pilpres atau pemilu Indonesia yang dimaksud adalah memilih sesuai aturan main yang berlaku di Indonesia dan disesuaikan juga dengan hati nurani dan keyakinan terbaik menurut pilihannya. Pemimpin yang terpilih dengan cara yang seperti ini insya Allah merupakan pemimpin yang diberkati oleh Allah, pemimpin yang akan dibimbing oleh Allah, karena terpilih sesuai ketulusan nurani dari masyarakat sesuai dengan nilai nilai yang dianjurkan oleh Allah SWT.

Pemimpin yang seperti ini akan menjalankan tugasnya dengan baik, bekerja sesuai dengan aturan dan perundang undangan yang ada. Tidak korupsi, tidak nepotisme, tidak suka bohong dan selalu berfikir yang baik untuk memajukan dan mensejahterakan rakyatnya, bukan untuk diri, keluarga, partai atau golongannya.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surat Al Ambiya ayat 73 : “Dan kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami, dan kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan solat dan menunaikan zakat dan hanya kepada kami mereka menyembah”. (Ambiya :22)

Sementara pemimpin yang terpilih tidak sesuai dengan anjuran Allah, maknanya adalah pemimpin yang terpilih bukan karena kualitas, kepemimpinan hingga integritasnya yang diragukan. Pemimpin terpilih karena golongan, kelompok hingga karena uang atau kekuasaan.

Pemimpin yang seperti ini biasanya juga dipilih dengan cara dipaksakan bahkan hingga dilakukan dengan cara curang atau dengan menghalalkan segala macam cara. Termasuk dilakukan dengan cara melakukan kamuflase pencitraan kepada masyarakat tentang sosok figur yang akan yang dipilihnya.

Pemimpin yang terpilih tidak sesuai anjuran Allah SWT, dia tidak akan mengutamakan kepentingan rakyat, akan tetapi mementingkan kepentingan dirinya, keluarganya, kelompoknya orang orang yang membiayai dan berada dibelakangnya.

Janji janjinya untuk mensejahterakan rakyat tidak akan dipenuhi, jika harus menganggu kepentingan kelompok atau pihak lain yang berada dibelakangnya. Tidak mengherankan jika pemimpin yang seperti ini akan mudah bohong dan sering bersebrangan perkataan dengan yang dilakukannya.

Bangsa Indonesia telah beberapa kali melakukan pemilihan pemimpin yang dilakukan secara langsung. Dari beberapa kali pemilihan secara langsung tersebut masyarakat sudah bisa menyaksikan sendiri dampak dari pilihan yang dilakukannya. Kepemimpinan nasional belakangan ini kepemimpinan yang paling banyak memunculkan permasalahan. Dari berbagai aspek program pembangunan yang dijalankannya, tidak membuat masyarakat tenang, bahkan dihantui kekhawatiran, karena kondisi bangsa tidak menentu. Hutang luar negeri yang makin membesar, masyarakat miskin terus bertambah hingga ekonomi yang tak merata, demokrasi yang gagal, hukum yang diperjualbelikan dan berbagai kekhawatiran lainnya.

Kondisi yang seperti itu harus segera dihentikan. Para pemimpin dan aparat negara sipil maupun militer, rakyat umum maupun seluruh elemen lainnya yang ada di negeri ini, harus sadar bahwa mereka telah melakukan kesalahan dalam proses maupun praktek rekrutmen kepemimpinan politik selama ini. Rakyat dan semua elemen harus bergegas untuk melakukan perubahan dan kembali patuhi aturan main yang ada.

Sebenarnya aturan atau regulasi proses pemilu di negeri ini baik, namun banyak yang dilanggar hanya untuk merebut kemenangan. Dan yang biasa melakukan itu adalah rezim penguasa yang ingin mempertahankan kekuasaannya.

Jika tidak segera melakukan perubahan total, maka Indonesia akan menghadapi masa yang dapat mengantarkan pada kehancuran. Jika pemimpin yang terpilih tidak sesuai dengan anjuran Allah, maka tunggulah saatnya bangsa ini akan akan hancur. Karena pemimpin terpilih yang tidak diridhai Allah akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan kehendak hawa nafsunya dan Allah tidak akan membimbing dan tidak akan memberikan hidayah-Nya.

Banyak pengamat menilai bahwa Pilpres tahun 2024 mendatang adalah momentum terakhir, apakah rakyat dan seluruh elemen masyarakat lainnya di Indonesia mampu memilih pemimpin atau menjalani proses pemilihan ini dengan baik, atau sebaliknya. Jika rakyat dan semua elemen mau menjalani Pemilu dengan baik maka akan yang akan terpilih adalah pemimpin yang baik yang akan melakukan perubahan dan perbaikan.

Akan tetapi jika Pilpres nanti berjalan curang, tidak diridhai Allah, maka pemimpin Indonesia ke depan makin buruk dan akan membawa petaka. Cita cita menjadikan tahun 2045 sebagai Indonesia emas tidak mungkin tercapai, bahkan yang ada adalah kehancuran karena pemimpinnya tidak diberi petunjuk oleh Allah dan bekerja sesuai hawa nafsunya.

Kini bangsa Indonesia telah memiliki tiga pasangan Capres-Cawapres yang akan berkompetisi pada Pilpres 2024 mendatang. Mereka memiliki latar belakang dan track record yang terang bagi publik. Masyarakat tinggal memilih sesuai dengan suara hatinya, pilihan yang terbaik yang didasarkan kepada kualitas, nilai nilai keagamaannya, kapabilitas, integritas, kepemimpinan, pengalaman dan akhlak. Jangan memilih karena ego golongan, karena uang apalagi karena paksaan.

Gejala akan adanya pemaksaan untuk memilih pasangan Capres-Cawapres tertentu ditengarai sudah mulai banyak muncul kepermukaan. Bambang Wijayanto ahli hukum yang juga mantan pimpinan KPK dalam sebuah wawancara dalam channel youtube miliknya mengatakan bahwa di daerah sudah banyak terjadi pemaksaan dan desakan agar rakyat memilih pasangan tertentu. Disertai ancaman jika warga tidak memilih maka bantuan sosial dari pemerintah yang diterimanya akan dihentikan.

*)Penulis adalah Ketua Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi Pengurus Daerah Muhammadiyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *