Sedekah di bulan suci ramadhan

Siklus Waktu, Refleksi dan Proyeksi

banner 120x600
Sedekah di bulan suci ramadhan

Oleh : Drs. Mulyono, MA *)

“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian.kecuali orang yang beriman
dan bekerja kebaikan serta saling
menasehati dalam kebenaran dan saling
menasehati dalam kesabaran” [QS. Al-‘Asr
[103] ayat 1-3].


Allah bersumpah dengan “masa” dan
“waktu”, menunjukkan waktu sangat
bernilai dan berharga. Muhammad Asad
dalam karyanya The Message of the
Qur’an menerjemahkan kata “al-‘ashr”
dengan the flight ot time [berlalunya
waktu]. Allah mengingatkan kita bahwa
waktu yang berlalu tidak akan kembali lagi.

Siklus waktu dari detik, menit, jam,
hari, bulan dan tahun berganti sesuai
dengan sunnatullah-Nya. Banyak orang tidak menyadari dengan pergantian waktu, hanya berpangku tangan, berfoya-foya,
menghamburkan uang, bermalas-malasan,
berleha-leha dan bersantai-santai.

Ibnul Qoyyim mengatakan, bahwa
“waktu manusia adalah umur yang
sebenarnya. Berlalunya waktu lebih cepat
dari berjalannya awan. Barang siapa yang
waktunya untuk ketaatan dan beribadah
kepada Allah, maka itulah waktu dan umur
yang sebenarnya”. Pergantian waktu
merupakan ‘refleksi’ masa lalu, menapaktilasi jejak yang telah dijelajahi
dan capaian prestasi yang diraih.

Dengan refleksi siklus waktu sebagai
proyeksi [gambaran masa depan] untuk menentukan out put yang akan diinput dan
mendisain planning yang akan dijalani.

Syaikh Abdul Malik Al-Qasim dalam Risalah Al-Waktu Anfus Laa Ta’ud menyebutkan, waktu adalah harta berharga bagi setiap muslim. Jika waktu bisa berubah kebaikan, akan beruntung. Jika disia-siakan, pasti merugi.

Waktu terus berlalu, jangan sampai
waktu tersia-sia. Manusia agar tidak rugi,
ada 3 faktor penyelamat : Pertama, menurut Syaikh Wahbah az-Zuhaily,
manusia tidak akan rugi apabila memadukan iman dan amal saleh.

Kedua, saling mengingatkan dengan
kebenaran. Di tengah arus hedonisme dan
konsumerisme yang beraroma ‘kelezatan
duniawi’, menurut Muhammad Asad “man
is bound to lose himself” [manusia mudah
terpeleset jatuh hingga membinasakan
dirinya] berakibat jauh dari kebenaran.

Ketiga, saling mengingatkan dengan
kesabaran. Al-Raghib Al-Asfahani
menyebutkan dalam Mu’jam Alfadz Al-Qur’an yakni ‘menahan diri agar tetap sesuai dengan tuntutan pertimbangan akal dan syara’. Dengan refleksi untuk proyeksi,
bermuhasabah memperbaiki arah hidup
!


*) Penulis adalah Kepala KUA Kecamatan
Tlanakan
.

Sumber: Buletin Al-Falah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *